Lulus kuliah lalu bisa profesi berarti tinggal satu tahap
lagi yang perlu diseriusi untuk lanjut ke tahap selanjutnya. Pastinya pernah
mengalami kondisi di mana selalu ditanya, “Kapan nikah?” Tak sedikit yang
dongkol ditanya soal ini. Siapa malah yang pernah ditanya “kapan nikah”
tentunya setuju jika menikah itu bukan perkara mudah.
Nah, menikah inilah yang perlu mendapatkan perhatian serius
bagi yang akan menuju tahap ini. Kenapa semestinya serius? Alasannya sederhana.
Pastinya harapan setelah menikah ialah menjalani kehidupan yang harmonis
bersama pasangan sampai hari tua nanti. Kebayang tentunya jika yang terjadi
sebaliknya. Siapa malah tak ingin yang buruk-buruk terjadi dalam pernikahannya.
Bagi yang punya rencana ke depan untuk menikah, lazimnya bertanya-tanya kapan
idealnya untuk menikah?
Ada yang bilang menikah itu bagusnya jika telah mapan secara
ekonomi, minimal punya profesi dan daerah tinggal. Persoalannya, jika itu tolok
ukurnya, bagaimana yang telah usia 30-an, tapi belum mapan? Apakah pantang bagi
mereka untuk menikah? Meskipun, usia tersebut telah dikategorikan usia matang
untuk menikah.
Lain lagi jika semisal baru lulus kuliah lalu menikah, ini
persoalannya terletak seberapa siap mental yang dimiliki untuk menjalani hidup
berumah tangga bersama pasangan. Belum siap mental dan materi, lebih bagus
tunda dulu rencananya. Ketimbang nantinya, menjalani kehidupan sebagai suami
istri tak gembira.
Mengutip apa yang diperkenalkan ayonikah.com, menikah di
usia ideal itu tergantung dari sudut pandang ekonomi dan masa depan. Dengan
menggunakan buah hati sebagai parameter mulai dari usia saat melahirkan buah
hati pertama, saat buah hati masuk SD, saat buah hati masuk SMP, saat buah hati
masuk SMA, saat buah hati masuk perguruan tinggi, saat buah hati lulus
perguruan tinggi, sampai saat buah hati menikah, dikenal usia ideal menikah itu
mulai dari 25-28 tahun.
Adakah yang punya rencana ingin menikah pada usia tersebut?
Berikut ini ialah hal-hal yang perlu dikenal bagi yang baru mulai berkarier dan
benar-benar punya rencana untuk menikah.
Bagaimana malah, jadi atau tidaknya menikah dengan modal
sendiri akan terwujud asalkan disiplin dalam mengalokasikan gaji untuk dana
nikah. Karena ada saja hal-hal yang lazimnya berupa godaan konsumtif yang
mengalihkan fokus menabung untuk nikah menjadi menabung untuk hura-hura. Nah,
jika telah begini, bisa gagal jadinya menciptakan cita-cita membangun keluarga
gembira bersama pasangan. Jadi, alangkah bagusnya untuk selalu ingat tiap-tiap
gajian ada prioritas yang selalu diutamakan, ialah menabung untuk nikah.
No comments:
Post a Comment