Dalam rumah tangga, menyatukan dua kepala yang mempunyai
pemikiran masing-masing tidaklah gampang. Sehingga adakalanya hal yang sifatnya
simpel dan remeh bisa memicu problem yang bisa mempengaruhi masa depan rumah
tangga.
Saat menjadi pengantin baru, segala terasa seolah tak ada
satu bahkan yang bisa mengganggu relasi suci ini. Ke mana-mana selalu bersama
dan dunia seolah milik berdua.
Namanya juga sedang kasmaran, rasa sayangnya seolah-olah tak
bisa dilawan. Ke mana-mana berharap selalu berdua. Berharap ke mall, makan, dan
sebagainya inginnya selalu berdua. Untuk waktu ke kamar ganti baju di mall tak
berdua juga. Dapat-bisa kena nyinyir orang-orang di sekitar.
Bukan cuma kesibukan remeh di atas saja yang selalu berharap
dilakukan bersama-sama dalam berumah tangga, soal keuangan bahkan sepertinya
ikut semestinya dilakukan berdua. Tapi justru soal keuangan ini yang tak jarang
memunculkan problem dan membikin rumah tangga tak harmonis.
Pengeluaran bulanan yang tak terkendali umumnya dari tradisi
sebelum menikah umumnya menjadi biang keladi relasi dan keuangan keluarga kecil
yang baru dibina ini awut-awutan. Oleh sebab itu tips keuangan untuk pengantin
baru ini sangatlah penting. Dan itu jadi salah satu prasyarat penting menjalin
relasi berumah tangga.
Apabila keduanya tak ada yang tahu dasar penguasaan keuangan
keluarga namun memaksa menikah, maka bersiaplah menghadapi badai yang berujung
pada kata 'bubar' cuma sebab problem keuangan.
Sebelum mengalami segala “mimpi buruk” itu, betapa lebih
bagus bila Anda memahami tips keuangan bagi pengantin baru sebagai berikut:
1. Biasakan Saling Terbuka
Jangan berharap enaknya saja dan yang tak sedap dilalaikan
begitu saja. Dapat-bisa menjadi ‘bom’ waktu yang siap meledak kapan bahkan.
Apabila mempunyai bisnis dan sedang mengalami kesusahan, maka jangan segan
untuk cerita pada pasangan. Tujuannya, biar sama-sama menghemat pengeluaran dan
tak terjadi pembengkakan.
Sebaliknya, bila ada rezeki, juga jangan membisu-membisu
saja. Beritahukan terhadap pasangan Anda. Sehingga bisa memastikan bersama
untuk apa saja. Pilihan bijaknya tentu untuk ditabung atau guna menambah modal
usaha. Atau, bahkan berharap dihabiskan saja sebab telah ada pos tersendiri
untuk ditabung. Asalkan segala telah didiskusikan sebelumnya, sehingga tak ada
problem di kemudian hari.
Misal juga, bila Anda dan pasangan berharap menyatukan
rekening, itu juga bisa dan legal-legal saja. Atau setuju masing-masing saja.
Dipisah, antara buat Anda sendiri, punya pasangan dan untuk kebutuhan rumah
tangga. Apabila demikian, segala akan berjalan bagus-bagus saja asalkan Anda
dan pasangan telah setuju sebelumnya.
2. Biasakan Mengerjakan Manajemen Keuangan
Ibarat punya kapal yang bagus, besar, dan kuat, namun
nahkodanya tak mumpuni, besar kemungkinan kapal itu tak akan mencapai tujuan.
Kiasan ini juga berlaku pada sebuah rumah tangga. Tanpa adanya seorang yang
cakap membatasi manajemen keuangan, maka target finansial juga akan sulit
dicapai dan tujuan berumah tangga bisa jauh dari keinginan.
Oleh sebab itu, tentukan siapa yang akan membatasi keuangan
keluarga. Dialah yang akan membikin bujet dan memasikan layak dengan kondisi
keuangan. Lebih bagus, cuma ada satu orang saja yang memiliki wewenang,
umpamanya istri, dan suami bisa sebagai pengawasnya.
Apabila si manajer salah langkah, pengawas lah yang akan
turun tangan. Ini bukan berarti pengawas selalu ikut campur. Pengawas tugasnya
yakni mengawasi, bukan ikut-ikutan mengurus.
3. Ke Mana Tujuan Keuangan?
Semua telah siap, namun tujuan tak ada. Lalu bagaimana? Sampai
kapan bahkan Anda tak akan mencapai tujuan itu. Tentukan target jangka pendek
dan panjang keuangan keluarga. Ini penting, agar segala tahu ke mana arah
tujuan keuangan Anda.
Misalnya, target jangka pendek berharap membeli rumah atau
kendaraan. Berharap secara kredit atau tunai? Padahal target janga panjang
yakni menyiapkan tarif kelahiran sampai pengajaran buah hati. Saja tujuannya,
pastikan itu segala telah didiskusikan berdua. Tak lupa, pastikan Anda dan
pasangan menjalani janji bersama.
4. Masukkan Ego ke Dalam Laci
Istilah satir ini setidaknya juga menjadi unsur yang
mempengaruhi harmonis tidaknya ruh tangga. Karena perselisihan yang tak kunjung
berakhir tak jarang berawal dari komunikasi metode komunikasi yang salah.
Komunikasi yang bagus semestinya bersifat dua arah. Saling
menyatakan anggapan legal-legal saja, namun mencapai kata mufakat yang yakni
jalan tengah yakni hal utama. Dalam berumah tangga, telah tak berlaku lagi
menonjokan ego asing-masing.
Komunikasi penting agar semuanya tak menjadi sesuatu yang
salah paham. Setiap ada problem, komunikasikan agar menemukan solusi bersama.
Khusus lagi soal keuangan, semestinya dikomunikasikan bersama.
Saat ikrar terucap mengaruhi bahtera rumah tangga sehidup
semati, menyatukan dua kepal yang berbeda tidaklah gampang. Padahal demikian,
bukan hal mustahil menjalaninya dengan teduh ayem (baca: hening tentram dan
teduh). Tentu bukan tanpa metode untuk menerapkannya hidup berumah tangga yang
harmonis.
Menjadi pengantin baru, menjalani keuangan adakalanya
menjadi tantangan tersendiri. Karenanya telah menjadi kewajiban akan pentingnya
kesanggupan mengelola rumah tangga dengan bagus. Tanpa memandang keempat hal
hal yang demikian di atas, bisa jadi mengalami problem-problem kecil yang
timbul dan berakibat fatal.
Tentu, upaya ini semestinya dilakukan bersama-sama. Akan
sulit bila yang menjalaninya cuma satu pihak saja. Karenda pada dasarnya
pengertian menjadi dasar berumah tangga. Jangan remehkan hal-hal kecil
mengawali hidup baru Anda bila tak berharap rumah tangga ‘roboh’.
Apabila Anda dan pasangan telah sama-sama memahami
pentingnya mengelola keuangan bersama ini, maka akan gampang menjalani biduk
rumah tangga. Selamat membina keluarga kecil yang bersuka cita sampai akhir
hayat!